1. ILMU HARMONI (AKOR)
1.1. Pengertian
Akor
Akor
adalah paduan tiga nada (trinada) atau lebih apabila dibunyikan bersama-sama
akan terdengar selaras atau harmonis. Ketiga unsur nada tersebut antara lain
nada dasar (alas), nada terts, dan nada kwint.
- Nada dasar (alas) merupakan nada
terendah diantara dua nada yang lain.
- Nada terts merupakan nada urutan
ketiga dari nada dasar (alas) tersebut.
- Nada kwint merupakan nada urutan
kelima dari nada dasar (alas) tersebut.
Dalam tangga nada Mayor Natural / Do =
C :
Dari tangganada di atas dapat terbentuk
akor seperti contoh berikut ini :
Dari contoh di atas maka akan terbentuk
akor tingkat I sampai akor tingkat VII
Unsur-unsur nada akor tingkat I sampai
dengan VII dengan nada dasar natural/ C=do, dapat diperhatikan pada table
berikut ini :
Dari ke tujuh tingkatan akor tersebut yang
merupakan Akor Pokok dalam tangganada mayor adalah akor
tingkat I (Tonika), IV (Sub Dominan), dan V (Dominan)
1.2. Sifat dan Simbol Akor
Penulisan akor pada partitur musik dengan
not angka biasanya dengan menggunakan lambang atau simbol saja. Penulisan
simbol/lambang diambilkan dari nada dasar akor yang ditulis dengan huruf besar
ditambah dengan sifat akor. Sifat masing-masing akor dapat dilihat dari jumlah
interval terts dan kwint-nya. Pada dasarnya sifat
akor terdiri dari empat macam yaitu :
- mayor ® jika terts dan kwint-nya
2 – 3½. Simbol ® nada
dasar huruf besar saja. Contoh: C, D, F
- minor ® jika terts dan kwint-nya
1 ½ – 3½. Simbol ® huruf
besar ditambah m. Contoh; Dm, Em
- diminished ® jika terts dan kwint-nya
1 ½ – 3. Simbol ® huruf
besar ditambah dim/o Contoh: Bdim
- augmented ® jika terts dan kwint-nya
2 – 4. Simbol ® huruf
besar ditambah aug/+ Contoh Gaug
Penulisan simbol akor dari lagu yang
menggunakan nada dasar Do=C dapat disesuaikan dengan jarak/interval tangganada
seperti berikut!
Contoh :
Akor tingkat I ( c – e – g ) jarak c
– e / terts = 2 dan c – g /kwint = 3 ½ jadi sifatnya mayor.
Karena nada dasar akornya adalah c maka
simbolnya ditulis C (huruf besar saja)
Perhatikan tabel selanjutnya!
Tingkat
|
Nada Dasar
|
Unsur Nada
|
Terts &
Kwint
|
Sifat Akor
|
Simbol Huruf
|
Simbol Romawi
|
I
|
c
|
c – e – g
|
2
– 3½
|
mayor
|
C
|
I
|
II
|
d
|
d – f – a
|
1½
– 3½
|
minor
|
Dm
|
IIm/ii
|
III
|
e
|
e – g –
b
|
1½
– 3½
|
minor
|
Em
|
IIIm/iii
|
IV
|
f
|
f – a –
c’
|
2
– 3½
|
mayor
|
F
|
IV
|
V
|
g
|
g – b – d’
|
2
– 3½
|
mayor
|
G
|
V
|
VI
|
a
|
a – c’ –
e’
|
1½
– 3½
|
minor
|
Am
|
Vim/vi
|
VII
|
b
|
b – d’ –
f’
|
1½
– 3
|
diminished
|
Bdim
|
VIIdim
|
1.3.
Akor Septime
Akor septime yaitu akor trinada ditambah satu nada lagi
dengan interval septime kecil. Akor septime termasuk
dalam akor caturnada. Interval septime kecil adalah interval nada ke tujuh
dengan jumlah jarak 5. Penulisan simbolnya ditambah dengan 7.
Perhatikan contoh berikut!
Akor septime digunakan untuk variasi yaitu
menambah kecenderungan ke akor yang akan dituju. Berikut ini beberapa contoh
penggunaan akor septime.
- I7
ke akor IV
contoh C7 ke
F
- IIIm7 / III7
ke akor VIm contoh Em7/E7 ke
Am
- VIm7 / VI7 ke
akor IIm contoh Am/A ke Dm
- IIm7 / II7
ke akor V contoh Dm7/D7 ke
G
- V7
ke
akor I contoh G7 ke
C
1.4.
Progresi Akor
Progresi
akor merupakan gerak perpindahan dari akor satu ke akor lainnya dalam
mengiringi sebuah lagu.
Arah
gerak akor dalam musik mengikuti melodi sebuah lagu. Akor yang tepat untuk
mengiringi sebuah lagu dapat kita lihat dari nada-nada atau melodi yang ada
dalam setiap ruas birama. Sebagai contoh apabila dalam suatu ruas birama
khususnya pada aksen kuat terdapat nada 1 (do), 3 (mi), dan/atau 5 (sol), maka
akor yang cocok untuk mengiringi lagu pada ruas birama tersebut adalah akor
tingkat I (1 – 3 – 5).
Perhatikan contoh iringan akor pada
potongan lagu berikut ini!
Do = C
4/4, Moderato
Perjalanan
gerak akor dalam mengiringi sebuah lagu mengikuti patokan tertentu dan
merupakan suatu arus yang selalu teratur yang disebut progresi akor.
Dengan berpedoman pada akor pokok (Tingkat I, IV, dan V),
secara garis besar arah gerak akor mengikuti patokan sebagai berikut :
a) Akor tonika
( I ) bebas bergerak menuju akor lainnya
b)
Akor sub dominan ( IV ) dapat langsung bergerak menuju akor tonika ( I ) atau
terlebih dahulu melalui akor dominan ( V ).
c) Jika dalam suatu
ruas birama sudah sampai pada akor dominan ( V ), maka alangkah baiknya jika
digerakkan terlebih dahulu ke akor tonika ( I ).
Dari patokan progresi akor tersebut
selanjutnya dapat kita tentukan rumus gerak akor. Perhatikan contoh rumus gerak
akor berikut ini!
Rumusan
:
I ®
V ®
I
Rumusan
: I ® IV ® I
Rumusan
: I ® IV ®
V ®
I
Dari
rumusan tersebut dapat juga diganti dan/atau disisipkan akor-akor tambahan IIm,
IIIm, VIm, IV#dim, IVm dan lain lain. Perhatikan gambar diagram berikut ini!
0 Response to "ILMU HARMONI"
Posting Komentar